Cerita · 26 November 2021 144

Cerita Menarik dari Seminar Pandu Asia-Pasific Pertama di Kaliurang Tahun 1973

Kolase : Kak BP

Bulan Mei tahun 1973, Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (Kwarda DIY) ketiban sampur menjadi tuan rumah penyelenggaraan Seminar Pandu Asia-Pacific yang pertama tentang Pembangunan Masyarakat (First Asia-Pacific Seminar on Scouting in Community Development).

Kegiatan tingkat internasional yang diselenggarakan di kompleks diklat WARA (Wanita Angkatan Udara), Kaliurang, Yogyakarta tersebut merupakan follow up dari pidato Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (Kwarnas), Kak Sultan Hamengku Buwono IX (Kak Sultan) di forum Konferensi Dunia Kepanduan Dunia (World of Scout Movement Conferrence) yang berjudul ” Renewing of Scout Movement” di Tokyo tahun 1971.

Ketua Kwarda DIY waktu itu adalah Kak Hertog yang dibantu para Andalan Daerah antara lain Kak Sutarwo, Kak Sudibyo Setyobroto Kak Suhardo, Kak Himodigdoyo, Kak Mudjono Probopranowo, Kak N. Supoyo, dan beberapa lainnya. Sebagai panitia pelaksana adalah Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega tingkat Daerah (DKD) DIY.

Anggota DKD masa itu antara lain Kak Bambang Sukiswo, Kak Chairul Anwar, Kak Iskak, Kak Yunus, Kak Sunaryo, Kak Ngadimin, Kak Prayogo, Kak Djoko Untung, Kak Bambang Prastowo, Kak Triwahana, Kak Tilik Agustini, Kak Suratmi, Kak Endang Suprapti, Kak Ardhayatni, Kak Inu Wicaksana (yang paling fasih bahasa Inggris), dan penulis sendiri selaku Pradana DKD.

Persiapan penyelenggaraan sudah berjalan mulus sesuai jadwal dan rencananya, terutama masalah transportasi dan akomodasi di beberapa wisma di Kaliurang sudah siap semua.

Kurang dari 3 bulan pada hari H yang ditetapkan, pada kesempatan Rapat Koordinasi antara Kwarnas dan Kwarda DIY di Kaliurang, tiba-tiba Kak Azis Saleh, selaku Ketua Kwartir Nasional Harian (Ka Kwarnari), memanggil Pradana DKD (sekarang Ketua DKD) ya saya sendiri untuk maju ke depan.

Dihadapan forum Rakor tersebut, saya ditanya oleh kak Azis Saleh. “Sanggup enggak DKD selenggarakan PW Daerah untuk bisa ditunjukkan kepada para peserta Seminar se Asia-Pasific?

Saya langsung menjawab, “Siap kak! Mohon arahan obyek sasaran yang akan dilaksankan pd PW dan sumber dananya dari mana?”

Apa jawab Kak Aziz Saleh? “Ya itu tugas kalian sendiri untuk memecahkan dan menyelesaikannya.”

Begitu selesai Rakor, seluruh jajaran DKD merapatkan barisan. Bayangkan kurang 3 bulan ditugasi untuk menyelenggarakan PW Daerah. “Gila!” kata temen-temen DKD. Yang separuh bilang tolak saja tugas tersebut. Namun yang separuh lagi semangat untuk menghadapi tantangan, apalagi sebagai Penegak dan Pandega malu rasanya kalau tidak menerima tugas tersebut.

Setelah disepakati menerima tugas selenggarakan PW Daerah, maka kita segera menyusun proposal PW dan membagi diri mulai harus gercep/gerak cepat menghubungi berbagai lembaga/dinas se-DIY untuk bisa mendukungnya.

Hampir semua lembaga/dinas, baik itu Pekerjaan Umum (PU), Tenaga Kerja, Dinas Sosial, dan lainnya tidak ada yang bisa mendukungnya mengingat waktunya mendadak.

“Wah paling ga setahun sebelumnya dik usulannya,” begitu jawaban klasik dari para pejabat dinas.

Alhamdulillah, dari Kantor Pembangunan Masyarat Desa, yang kepalanya waktu itu Bapak Supangat, bisa membantu dengan proyek Padat Karya membangun jembatan desa, ndilalah lokasinya di Pakembinangun, yang dekat sekali dengan Kaliurang.

Yah ini merupakan perjuangan yang gigih dari kakak-kakak perintis DKD dan dibantu oleh DKC Sleman yang Pradananya waktu itu Kak Ngadimin (parabannya sama dengan penulis yaitu: Kak Petruk) segera menyiapkan penegak dan pandega di Sleman ditambah dari cabang lainnya di DIY sebagai peserta PW Daerah dadakan tersebut.

Kak Ngadimin menjadi Koordinator Lapangan (Korlap) PW Daerah. Menjalin kerjasama yang terpadu dengan Pemerintah Desa Pakembinangun melaksanakan pembangunan jembatan desa yang menghubungkan pedukuhan Klarangan dan Sempu bersama masyarkat desa setempat.

Pada waktu gladi bersih di tempat upacara pembukaan Seminar di Gedung Agung Yogyakarta, Ketua Kwarnas, Kak Sultan sempat mengumpulkan Kak Azis Saleh, Ka Mabida DIY yaitu Kak Paku Alam VIII, Ka Kwarda DIY kak Hertog, Kepala PMD DIY Bapak Supangat, dan Pradana DKD DIY.

Kak Sultan cukup singkat ngendikanya (ucapannya): “Gimana (bagaimana) persiapan PW nya?”

Langsung Pak Pangat melaporkan PW didukung Proyek Padat Karya kerjasama antara masyarakat desa Pakembinangun dan Pramuka. Kak Sultan menunjukkan senyumnya dan mengucapkan, “terimakasih.”

Acara gladi bersih usai, kami dari DKD bertemu dengan Kak Azis Saleh. Komentarnya: “Nah adik-adik kalau mau berusaha/berjuang bisa to?”

Kami cuma bisa anggukkan kepala, hormat, dan senyum (bahasa Pramukanya: “mesemo”).


Kiri ke Kanan : WM Yunus (Kachuk), Suratmi (B29), Bambang Sukiswo (Tewok), Prijo Mustiko (Petruk), Chairul Anwar (Chethul).


Kiri ke Kanan : Bambang Sukiswo, Djoko Untung (Klewer), WM Yunus, Prijo Mustiko.

Akhirnya terlaksanalah kegiatan PW Daerah yang dadakan tersebut dengan sukses besar, para peserta Seminar Asia Pacific menyempatkan berkunjung di lokasi PW dan ikut serta estafet angkut batu untuk membangun jembatan. Hingga sekarang, jembatan desa itu masih kokoh berdiri sekaligus sebagai monumen 1st Asia Pacific Seminar on Scouting in Community Development.

Monggo silahkan menyaksikan sendiri. Salam.

___
Prijo Mustiko
Pradana DKD DIY 1971-1974